Belakangan ini, terjadi peningkatan angka kasus Flu Singapura di beberapa wilayah di Indonesia, yang menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya pada kesehatan masyarakat. Menurut informasi terkini dari Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), M.Sc., Ketua Satgas COVID PB IDI & Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, yang merujuk pada data dari Sistem Kewaspadaan dan Respon Kemenkes RI, pada minggu ke-11 tahun 2024, jumlah orang terjangkit Flu Singapura di Indonesia mencapai 5.461 kasus. Di Provinsi Banten saja, tercatat lebih dari 700 kasus dalam rentang waktu tiga bulan, dari Januari hingga Maret 2024. Sementara itu, Kota Depok juga mengalami peningkatan kasus, dengan 14 kasus suspek Flu Singapura dilaporkan, di mana 10 orang di antaranya harus dirawat di rumah sakit (1).
Apakah Flu Singapura itu?
Flu Singapura, yang dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM) dalam bahasa Indonesia, adalah penyakit yang disebabkan Coxsackievirus A16 (CV-A16), Coxsackievirus A6 (CV-A6) dan Enterovirus 71 (EV-71) (2). Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak, meskipun tidak jarang juga terjadi pada orang dewasa. Meskipun penyakit ini umumnya ringan dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu, ada risiko komplikasi serius seperti meningitis atau ensefalitis, terutama pada anak-anak yang rentan (3). Oleh karena itu, penting untuk memahami penyakit ini dengan baik dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Apa saja gejala Flu Singapura?
Gejala Flu Singapura biasanya meliputi demam, luka di mulut, dan ruam kulit. Ruam tersebut umumnya ditemukan di tangan dan kaki (4). Penjelasannya sebagai berikut:
Siapa yang rentan?
Flu Singapura umumnya sering terjadi pada bayi dan anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Sebagian besar anak mengalami gejala ringan selama 7 hingga 10 hari (4). Namun, orang dewasa juga bisa terinfeksi, terutama jika mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang-orang dengan penyakit kronis atau kondisi kesehatan yang melemahkan kekebalan tubuh juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini.
Langkah pencegahan Flu Singapura
Langkah-langkah pencegahan sederhana yang dapat dilakukan yaitu (1), (3):
Menghadapi Flu Singapura
Meskipun umumnya Flu Singapura sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu hingga dua minggu, penting untuk memberikan perawatan yang memadai kepada penderita untuk membantu meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Perawatan yang tepat meliputi istirahat yang cukup, asupan cairan yang memadai, serta penggunaan obat pereda demam dan nyeri sesuai dengan anjuran dokter. Selain itu, memberikan dukungan emosional dan praktis kepada mereka yang terinfeksi, serta menjaga lingkungan tetap bersih dan higienis, dapat membantu memutus rantai penularan penyakit ini di lingkungan sekitar kita.
Pada dasarnya, penting untuk menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) guna mencegah penularan penyakit ini. Upaya pencegahan
dapat dilakukan dengan tidak membuang ludah sembarangan dan membiasakan diri
untuk menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin. Selain itu, penting juga
untuk membersihkan tangan setiap kali menyentuh permukaan yang kotor dan
sebelum makan. Flu Singapura bukan penyakit yang sepele, namun dengan
pengetahuan yang tepat dan tindakan pencegahan yang sesuai, kita dapat
melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari ancaman penyakit
ini. Dengan mengambil langkah-langkah sederhana namun berarti, kita dapat
membantu mencegah penyebaran penyakit ini dan menjaga kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
Referensi